BAB I
PENDAHULUAN
Teori Ketergantungan Media (Dependency Theory) adalah teori
tentang komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin
seseorang tergantung pada suatu media
untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin penting untuk
orang itu [1].
Teori ini diperkenalkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur. Mereka
memperkenalkan model yang menunjukan hubungan integral tak terpisahkan antara
pemirsa, media dan sistem sosial yang besar.
Konsisten dengan teori-teori yang menekankan pada
pemirsa sebagai penentu media, model ini memperlihatkan bahwa individu
bergantung pada media untuk pemenuhan kebutuhan atau untuk mencapai tujuannya,
tetapi mereka tidak bergantung pada banyak media dengan porsi yang sama besar.
Besarnya ketergantungan seseorang pada media
ditentukan dari dua hal.
- Pertama, individu
akan condong menggunakan media yang menyediakan kebutuhannya lebih banyak
dibandingkan dengan media lain yang hanya sedikit. Sebagai contoh, bila
anda menyukai gosip,
anda akan membeli tabloid gosip dibandingkan membeli koran Kompas,
dimana porsi gosip tentang artis hanya disediakan pada dua kolom di
halaman belakang, tetapi orang yang tidak menyukai gosip mungkin tidak
tahu bahwa tabloid gosip kesukaan anda, katakanlah acara Cek dan
ricek, itu ada, ia pikir cek dan
ricek itu hanya acara di televisi, dan orang ini kemungkinan sama sekali
tidak peduli berita tentang artis di dua kolom halaman belakang Kompas.
- Kedua, persentase
ketergantungan juga ditentukan oleh stabilitas sosial saat itu. Sebagai
contoh, bila negara dalam keadaan tidak stabil, anda akan lebih
bergantung/ percaya pada koran untuk mengetahui informasi jumlah korban
bentrok fisik antara pihak keamanan dan pengunjuk rasa, sedangkan bila
keadaan negara stabil, ketergantungan seseorang akan media bisa turun dan
individu akan lebih bergantung pada institusi - institusi negara atau
masyarakat untuk informasi. Sebagai contoh di Malaysia dan Singapura
dimana penguasa memiliki pengaruh besar atas pendapat rakyatnya,
pemberitaan media membosankan karena segala sesuatu tidak bebas untuk
digali, dibahas, atau dibesar-besarkan, sehingga masyarakat lebih
mempercayai pemerintah sebagai sumber informasi mereka.
Teori
ketergantungan memahami keterbelakangan sebagai hal yang tertanam secara kuat
di dallam struktur-struktur politik tertentu. Berbagai kebijakan perbaikan yang
dibela oleh modernisasi tidak pernah dapat berfungsi karna kebijakan-kebijakan
tersebut tidak menangani berbagai hal penyebab yang menjadi akar masalah yang
bersangkutan. Satu-satunya jalan keluar yang mungkin dilakukan menurut paham
ketergantungan adalah perubahan struktural yang radikal, dan bukan
proyek-proyek pembangunan yang meringankan berbagai penderitaan jangka pendek
dari keterbelakangan, atau mendukunng status quo. Paham ketergantungan
juga menjelaskan meningkatnya politisasi atas pembangunan di Selatan pada
tingkat akar rumput dan negara.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.1.
Teori Dependensi (Ketergantungan).
Sejarah dan
Asumsi Dasar Teori Dependensi
Secara
historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi
membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian
Amerika Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan
keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor
internal di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara
Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam
keterbelakangan.
Paradigma
inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Teori ini berpendapat
bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara-negara Dunia Ketiga
bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih banyak
ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar
yang paling menentukan keterbelakangan negara Dunia Ketiga adalah adanya campur
tangan dan dominasi negara maju pada laju pembangunan di negara Dunia Ketiga.
Dengan campur tangan tersebut, maka pembangunan di negara Dunia Ketiga tidak
berjalan dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi,
namun semakin membawa kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan jilid
dua di negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan
oleh campur tangan negara maju kepada negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan
ingin berhasil, maka ketergantungan ini harus diputus dan biarkan negara Dunia
Ketiga melakukan roda pembangunannya secara mandiri.
Ada dua hal
utama dalam masalah pembangunan yang menjadi karakter kaum Marxis Klasik. Pertama,
negara pinggiran yang pra-kapitalis adalah kelompok negara yang tidak dinamis
dengan cara produksi Asia, tidak feodal dan dinamis seperti tempat lahirnya
kapitalisme, yaitu Eropa. Kedua, negara pinggiran akan maju ketika telah
disentuh oleh negara pusat yang membawa kapitalisme ke negara pinggiran
tersebut. Ibaratnya, negara pinggiran adalah seorang putri cantik yang sedang
tertidur, ia akan bangun dan mengembangkan potensi kecantikannya setelah
disentuh oleh pangeran tampan. Pangeran itulah yang disebut dengan negara pusat
dengan ketampanan yang dimilikinya, yaitu kapitalisme. Pendapat inilah yang
kemudian dibantah oleh teori Dependensi.
Bantahan
teori Dependensi atas pendapat kaum Marxis Klasik ini juga ada dua hal. Pertama,
negara pinggiran yang pra-kapitalis memiliki dinamika tersendiri yang berbeda
dengan dinamika negara kapitalis. Bila tidak mendapat sentuhan dari negara
kapitalis yang telah maju, mereka akan bergerak dengan sendirinya mencapai
kemajuan yang diinginkannya. Kedua, justru karena dominasi, sentuhan dan
campur tangan negara maju terhadap negara Dunia Ketiga, maka negara
pra-kapitalis menjadi tidak pernah maju karena tergantung kepada negara maju
tersebut. Ketergantungan tersebut ada dalam format “neo-kolonialisme” yang
diterapkan oleh negara maju kepada negara Dunia Ketiga tanpa harus menghapuskan
kedaulatan negara Dunia Ketiga, (Arief Budiman, 2000:62-63).
Teori
Dependensi kali pertama muncul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya, teori
ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh ECLA (United
Nation Economic Commission for Latin Amerika) pada masa awal tahun 1960-an.
Lembaga tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mampu menggerakkan perekonomian
di negara-negara Amerika Latin dengan membawa percontohan teori Modernisasi
yang telah terbukti berhasil di Eropa.
Teori
Dependensi juga lahir atas respon ilmiah terhadap pendapat kaum Marxis Klasik
tentang pembangunan yang dijalankan di negara maju dan berkembang. Aliran
neo-marxisme yang kemudian menopang keberadaan teori Dependensi ini.
Tentang
imperialisme, kaum Marxis Klasik melihatnya dari sudut pandang negara maju yang
melakukannya sebagai bagian dari upaya manifestasi Kapitalisme Dewasa,
sedangkan kalangan Neo-Marxis melihatnya dari sudut pandang negara pinggiran
yang terkena akibat penjajahan. Dalam dua tahapan revolusi, Marxis Klasik
berpendapat bahwa revolusi borjuis harus lebih dahulu dilakukan baru kemudian
revolusi proletar. Sedangkan Neo-Marxis berpendapat bahwa kalangan borjuis di
negara terbelakang pada dasarnya adalah alat atau kepanjangan tangan dari
imperialis di negara maju. Maka revolusi yang mereka lakukan tidak akan membawa
perubahan di negara pinggiran, terlebih lagi, revolusi tersebut tidak akan
mampu membebaskan kalangan proletar di negara berkembang dari eksploitasi
kekuatan alat-alat produksi kelompok borjuis di negara tersebut dan kaum
borjuis di negara maju.
Tokoh utama
dari teori Dependensi adalah Theotonio Dos Santos dan Andre Gunder Frank.
Theotonio Dos Santos sendiri mendefinisikan bahwa ketergantungan adalah
hubungan relasional yang tidak imbang antara negara maju dan negara miskin
dalam pembangunan di kedua kelompok negara tersebut. Dia menjelaskan bahwa
kemajuan negara Dunia Ketiga hanyalah akibat dari ekspansi ekonomi negara maju
dengan kapitalismenya. Jika terjadi sesuatu negatif di negara maju, maka negara
berkembang akan mendapat dampak negatifnya pula. Sedangkan jika hal negatif
terjadi di negara berkembang, maka belum tentu negara maju akan menerima dampak
tersebut. Sebuah hubungan yang tidak imbang. Artinya, positif-negatif
dampak berkembang pembangunan di negara maju akan dapat membawa dampak
pada negara, (theotonio dos santos, review, vol. 60, 231).
Dalam
perkembangannya, teori Dependensi terbagi dua, yaitu Dependensi Klasik yang
diwakili oleh Andre Gunder Frank dan Theotonio Dos Santos, dan Dependensi Baru
yang diwakili oleh F.H. Cardoso.
Teori
Ketergantungan yang dikembangkan pada akhir 1950an di bawah bimbingan Direktur
Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin, Raul Prebisch. Prebisch dan
rekan-rekannya di
picu oleh
kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara-negara industri maju tidak harus
menyebabkan pertumbuhan di negara-negara miskin. Memang, studi mereka
menyarankan bahwa kegiatan ekonomi di negara-negara kaya sering menyebabkan
masalah ekonomi yang serius di negara-negara miskin. Kemungkinan seperti itu
tidak diprediksi oleh teori neoklasik, yang diasumsikan bahwa pertumbuhan
ekonomi bermanfaat bagi semua, bahkan jika tidak bermanfaat tidak selalu ditanggung
bersama. Penjelasan awal Prebisch untuk fenomena ini sangat jelas:
negara-negara miskin mengekspor komoditas primer ke negara-negara kaya yang
kemudian diproduksi produk dari komoditas tersebut dan mereka jual kembali ke negara-negara miskin.
Tiga masalah
membuat kebijakan ini sulit untuk diikuti. Yang pertama adalah bahwa pasar
internal negara-negara miskin tidak cukup besar untuk mendukung skala ekonomi
yang digunakan oleh negara-negara kaya untuk menjaga harga rendah. Isu kedua
menyangkut akan politik negara-negara miskin untuk apakah transformasi menjadi
produsen utama produk itu mungkin atau diinginkan. Isu terakhir berkisar sejauh
mana negara-negara miskin sebenarnya memiliki kendali produk utama mereka,
khususnya di bidang penjualan produk-produk luar negeri. Hambatan-hambatan
dengan kebijakan substitusi impor menyebabkan orang lain berpikir sedikit lebih
kreatif dan historis pada hubungan antara negara-negara kaya dan miskin.
Pada titik
ini teori ketergantungan itu dipandang sebagai sebuah cara yang mungkin untuk
menjelaskan kemiskinan terus-menerus dari negara-negara miskin. Pendekatan
neoklasik tradisional mengatakan hampir tidak ada pada pertanyaan ini kecuali
untuk menegaskan bahwa negara-negara miskin terlambat datang ke praktik-praktik
ekonomi yang padat dan begitu mereka mempelajari teknik-teknik ekonomi modern,
maka kemiskinan akan mulai mereda. Ketergantungan dapat didefinisikan sebagai
suatu penjelasan tentang pembangunan ekonomi suatu negara dalam hal pengaruh
eksternal - politik, ekonomi, dan budaya - pada kebijakan pembangunan nasional
(Osvaldo Sunkel, "Kebijakan Pembangunan Nasional dan Eksternal
Ketergantungan di Amerika Latin," Jurnal Studi Pembangunan, Vol 6,. no. 1
Oktober 1969, hal 23).
1.Raul Prebisch : industri substitusi import.
Menurutnya negara-negara terbelakang harus melakukan industrialisasi yang
dimulai dari industri substitusi impor.
2.Perdebatan tentang imperialisme
dan kolonialisme.
Hal ini muncul untuk menjawab pertanyaan tentang apa alasan bangsa-bangsa Eropa
melakukan ekspansi dan menguasai negara-negara lain secara politisi dan
ekonomis. Ada tiga teori:
1. Teori God: Adanya misi menyebarkan agama.
2. Teori Glory: Kehausan akan kekuasaan dan
kebesaran.
3. Teori Gospel: Motivasi demi keuntungan ekonomi.
3.Paul Baran: Sentuhan Yang
Mematikan Dan Kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di negara-negara
pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran,
system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang tetap
kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan
menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari tokoh-tokoh di atas, yakni:
1.Andre Guner Frank : Pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan hanya
dapat diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
2. Theotonia De Santos : Membantah
Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni :
a. Ketergantungan Kolonial: hubungan
antar penjajah dan penduduk setempat bersifat eksploitatif.
b. Ketergantungan Finansial-
Industri: pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam bentuk
kekuasaan financial-industri.
c. Ketergantungan
Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui
monopoli teknologi industri.
Enam bagian
pokok dari teory independensi adalah :
1. Pendekatan Keseluruhan Melalui
Pendekatan Kasus. Gejala ketergantungan dianalisis dengan pendekatan
keseluruhan yang memberi tekanan pada sisitem dunia. Ketergantungan adalah
akibat proses kapitalisme global, dimana negara pinggiran hanya sebagai
pelengkap. Keseluruhan dinamika dan mekanisme kapitalis dunia menjadi perhatian
pendekatan ini.
2. Pakar Eksternal Melawan Internal.
Para pengikut teori ketergantungan tidak sependapat dalam penekanan terhadap
dua faktor ini, ada yang beranggapan bahwa faktor eksternal lebih ditekankan,
seperti Frank Des Santos. Sebaliknya ada yang menekan factor internal
yang mempengaruhi/ menyebabkan ketergantungan, seperti Cordosa dan Faletto.
3. Analisis Ekonomi Melawan Analisi
Sosiopolitik. Raul
Plebiech
memulainya dengan memakai analisis ekonomi dan penyelesaian yang ditawarkanya
juga bersifat ekonomi. AG Frank seorang ekonom, dalam analisisnya memakai
disiplin ilmu sosial lainya, terutama sosiologi dan politik. Dengan demikian
teori ketergantungan dimulai sebagai masalah ekonomi kemudian berkembang
menjadi analisis sosial politik dimana analisis ekonomi hanya merupakan bagian
dan pendekatan yang multi dan interdisipliner analisis sosiopolitik menekankan
analisa kelas, kelompok sosial dan peran pemerintah di negara pinggiran.
4. Kontradiksi
Sektoral/Regional Melawan Kontradiksi Kelas. Salah satu kelompok penganut
ketergantungan sangat menekankan analisis tentang hubungan negara-negara pusat
dengan pinggiran ini merupakan analisis yang memakai kontradiksi regional.
Tokohnya adalah AG Frank. Sedangkan kelompok lainya menekankan analisis klas,
seperti Cardoso.
5. Keterbelakangan Melawan
Pembangunan. Teori ketergantungan sering disamakan dengan teori tentang
keterbelakangan dunia ketiga. Seperti dinyatakan oleh Frank. Para pemikir teori
ketergantungan yang lain seperti Dos Santos, Cardoso, Evans menyatakan bahwa
ketergantungan dan pembangunan bisa berjalan seiring. Yang perlu dijelaskan
adalah sebab, sifat dan keterbatasan dari pembangunan yang terjadi dalam
konteks ketergantungan.
6. Voluntarisme Melawan
Determinisme.
Penganut marxis klasik melihat perkembangan sejarah sebagai suatu yang
deterministic. Masyarakat akan berkembang sesuai tahapan dari feodalisme ke
kapitalisme dan akan kepada sosialisme. Penganut Neo Marxis seperti Frank
kemudian mengubahnya melalui teori ketergantungan. Menurutnya kapitalisme
negara-negara pusat berbeda dengan kapitalisme negara pinggiran. Kapitalisme
negara pinggiran adalah keterbelakangan karena itu perlu di ubah menjadi negara
sosialis melalui sebuah revolusi. Dalam hal ini Frank adalah penganut teori
voluntaristik.
KESIMPULAN
Teori Ketergantungan Media (Dependency Theory) adalah teori
tentang komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin
seseorang tergantung pada suatu media
untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin penting untuk
orang itu [1].
Teori ini diperkenalkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur. Mereka
memperkenalkan model yang menunjukan hubungan integral tak terpisahkan antara
pemirsa, media dan sistem sosial yang besar.
Secara
historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi
membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian
Amerika Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan
keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor
internal di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara
Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam
keterbelakangan.
Paradigma
inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Teori ini berpendapat
bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara-negara Dunia Ketiga
bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih banyak
ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar
yang paling menentukan keterbelakangan negara Dunia Ketiga adalah adanya campur
tangan dan dominasi negara maju pada laju pembangunan di negara Dunia Ketiga.
Dengan campur tangan tersebut, maka pembangunan di negara Dunia Ketiga tidak
berjalan dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi,
namun semakin membawa kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan jilid
dua di negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan
oleh campur tangan negara maju kepada negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan
ingin berhasil, maka ketergantungan ini harus diputus dan biarkan negara Dunia
Ketiga melakukan roda pembangunannya secara mandiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Fakih, Mansour2001 Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Penerbit Insist Press.
Gardner, K & Lewis, D.
2005 Antropologi Pembangunan & Tantangan Pascamodern. Terjemahan Yosef M. Florisan. Maumere: Penerbit Ledalero.
Mosley, P.
1987 Overseas Aid: Its Defence and Reform.. Brighton: Wheatsheaf.
Sztompka, Piotr.
2005 Sosiologi Perubahan Sosial. Terjemahan Alimandan. Jakarta: Prenada Media.
Wallerstein,
1974 The Modern World System: Capitalist Agricultuel ang the Origins of the European World Economy in the Sixteenth Century. New York: Academic Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar