BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Meningkatnya
kebutuhan dalam pendidikan, mendorong pemerintah Indonesiamenyalurkan berbagai
bantuan demi kelangsungan pendidikan di Indonesia, salahsatunya adalah dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Namun kebijakan Dana BOS bukan berarti berhentinya permasalahan pendidikan,
masalah baru muncul terkait dengan penyelewengan dana BOS, dan ketidakefektifan
pengelolan dana BOS, tujuan dari pemerintah sendiri baik, namun terkadang
sistem yang ada menjadi bumerang dan mnghadirkan masalah baru, selain itu pribadi
dan budaya manusia Indonesia ikut berpengaruh terhadap penyelewengan dan
ketidakefektifan pengelolaan dana BOS. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama
semua elemen dalam mewujudkan efektifitas pengelolaan dana BOS.
Oleh
karena itu, kami memilih untuk mengangkat masalah pengelolaan dana BOS serta
permasalahannya, sehingga mudah-mudahan makalah kecil ini bisa memberikan
gambaran bagi para pembaca terkait dengan pengelolaan dana BOS serta
permaslahannya, solusi yang muncul bukan berarti solusi terbaik, ini hanyalah
sedikit sumbangan pemikiran dari kami untuk perkembangan pendidikan di
Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana mekanisme pencairan dana BOS?
2.
Bagaimana peggunaan dana BOS?
3.
Apa penyebab dan akibat penggunaan dana BOS?
4.
Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut?
C.
Maksud dan Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
maksud dan tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui mekanisme pencairan dana BOS
2.
Untuk mengetahui penggunaan dana BOS
3.
Untuk mengetahui penyebab dan akibat penggunaan dana BOS
4.
Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi permasalahan dari dana BOS.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Pengertian Kebijakan
Kebijakan publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan
mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan
oleh instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
(Mustopadidjaja, 2002). Pada sudut pandang lain, Hakim (2003) mengemukakan
bahwa studi kebijakan publik mempelajari keputusan-keputusan pemerintah dalam
mengatasi suatu masalah yang menjadi perhatian publik.
Menurut Dunn (1994), proses analisis kebijakan adalah
serangkaian aktivitas dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas
politis tersebut diartikan sebagai proses pembuatan kebijakan dan
divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling tergantung.
B.
Pengertian Pemerintah
Pemerintah
dapat diartikan sebagai perangkat negara kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri atas Presiden dan Menteri-menteri. Pemerintah semata-mata diartikan
sebagai peyelenggara kekuasaan eksekutif atau administrasi negara.Pemerintah adalah organisasi yang
memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu.
Dalam arti luas pemerintah
didefinisikan sebagai Suatu bentuk organisasi yangbekerja dengan sebag tugas
menjalankan suatu sistem pemerintahan, sedangkan dalam arti sempit
didefinisikan ai Suatu badan persekumpulan yang memiliki kebijakan tersendiri
untuk mengelola,memanage,serta mengatur jalannya suatu sistem pemerintahan.
C.
Pengertian Dana BOS
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), adalah program
kebijakan negara kita terhadap dunia pendidikan. Sebagai bukti bahwa pemerintah
sangat peduli dengan kualitas pendidikan bagi anak-anak bangsa. Ini juga
merupakan bagian dari mensukseskan program wajib belajar 9 tahun. Pemerintah
jelas membantu warga dalam membiayai dana pendidikan anak-anak dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) sampai kelas 9.
Tujuan Program BOS :
1.
Menggratiskan seluruh siswa tidak mampu ditingkat pendidikan dasar dari
beban operasional sekolah, baik disekolah negeri maupun swasta.
2.
Menggratiskan seluruh siswa SD Negeri dan SMP Negeri terhadap
operasional sekolah, kecuali pada Rintisan Sekolah Bertahap Internasional
(RSBI) dan Sekolah Bertarap Internasional (SBI)
3.
Meringankan biaya operasional sekolah bagi siswa di sekolah swasta. Hal
tersebut menggambarkan bahwa program BOS bermanfaat pada penuntasan wajib
belajar 9 tahun, yakni SD maupun dan SMP Negeri maupun swasta.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Pemberian Dana BOS
Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Namun, sampai dengan saat ini masih banyak orang miskin yang memiliki keterbatasan akses untuk memperoleh pendidikan bermutu, hal ini disebabkan antara lain karena mahalnya biaya pendidikan. Disisi lain, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yang dikenal dengan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Konsekuensi dari hal tersebut maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/Mts serta satuan pendidikan yang sederajat).
Salah satu program di bidang pendidikan adalah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang menyediakan bantuan bagi sekolah dengan tujuan membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan meringankan beban bagi siswa yang lain dalam rangka mendukung pencapaian Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
Melalui program ini, pemerintah pusat memberikan dana kepada sekolah-sekolah setingkat SD dan SMP untuk membantu mengurangi beban biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh orangtua siswa. BOS diberikan kepada sekolah untuk dikelola sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah pusat. Besarnya dana untuk tiap sekolah ditetapkan berdasarkan jumlah murid
B. Mekanisme Pencairan Dana BOS
Pengalokasian/pencairan dana BOS dilaksanakan sebagai berikut:
1.
Tim Manajemen Pusat
mengumpulkan data jumlah siswa tiap sekolah melalui Tim Manajemen BOS Provinsi,
kemudian menetapkan alokasi dana BOS tiap provinsi.
2.
Atas dasar data jumlah
siswa tiap sekolah, Tim Manajemen BOS Pusat membuat alokasi dana BOS tiap
provinsi yang dituangkan dalam DIPA provinsi.
3.
Tim Manajemen BOS
Provinsi dan Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota melakukan verifikasi ulang data
jumlah siswa tiap sekolah sebagai dasar dalam menetapkan alokasi di tiap
sekolah.
4.
Tim Manajemen BOS
Kabupaten/Kota menetapkan sekolah yang bersedia menerima BOS melalui Surat
Keputusan (SK). SK penetapan sekolah yang menerima BOS ditandatangani oleh
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dewan Pendidikan. SK yang telah
ditandatangani dilampiri daftar nama sekolah dan besar dana bantuan yang
diterima (Format BOS-02A dan Format BOS-02B). Sekolah yang bersedia menerima
BOS harus menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB).
5.
Tim Manajemen BOS
Kab/Kota mengirimkan SK alokasi BOS dengan melampirkan daftar sekolah ke Tim
Manajemen BOS Provinsi, tembusan ke Bank/Pos penyalur dana dan sekolah penerima
BOS.
C. Penggunaan Dana BOS
Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru, dan Komite Sekolah yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RKAS/RAPBS, di samping dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain yang sah. Hasil kesepakatan penggunaan dana BOS (dan dana lainnya tersebut) harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat yang dilampirkan tanda tangan seluruh peserta rapat yang hadir.
Dari seluruh dana BOS yang diterima oleh sekolah, sekolah wajib menggunakan sebagian dana tersebut untuk membeli buku teks pelajaran atau mengganti yang telah rusak. Buku yang harus dibeli untuk tingkat SD adalah buku mata pelajaran Pendidikan Agama, serta mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, sedangkan tingkat SMP adalah buku mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Adapun dana BOS selebihnya digunakan untuk membiayai kegiatan-kegitan berikut:
1.
Pembiayaan seluruh
kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, yaitu biaya pendaftaran,
penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang,
pembuatan spanduk sekolah gratis, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung
dengan kegiatan tersebut (misalnya untuk fotocopy, konsumsi panitia, dan uang
lembur dalam rangka penerimaan siswa baru, dan lainnya yang relevan).
2.
Pembelian buku
referensi dan pengayaan untuk dikoleksi di perpustakaan (hanya bagi sekolah
yang tidak menerima DAK).
3.
Pembelian buku teks
pelajaran lainnya (selain yang wajib dibeli) untuk dikoleksi di perpustakaan.
4.
Pembiayaan kegiatan
pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan, pemantapan persiapan ujian,
olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, unit
kesehatan sekolah, dan sejenisnya (misalnya untuk honor jam mengajar tambahan
di luar jam pelajaran, biaya transportasi dan akomodasi siswa/guru dalam rangka
mengikuti lomba, fotocopy, membeli alat olahraga, alat kesenian, perlengkapan
kegiatan ekstrakulikuler, dan biaya pendaftaran mengikuti lomba).
5.
Pembiayaan ulangan
harian, ulangan umum, ujian sekolah, dan laporan hasil belajar siswa (misalnya
untuk fotocopy/penggandaan soal, honor koreksi ujian, dan honor guru dalam
rangka penyusunan rapor siswa).
6.
Pembelian bahan-bahan
habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan
praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran/majalah
pendidikan, minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah,
serta pengadaan suku cadang alat kantor.
7.
Pembiayaan langganan
daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon, internet, termasuk untuk pemasangan
barujika sudah ada jaringan di sekitar sekolah. Khusus di sekolah yang tidak
ada jaringan listrik, dan jika sekolah tersebut memerlukan listrik untuk proses
belajar mengajar di sekolah, maka diperkenankan untuk membeli genset.
8.
Pembiayaan perawatan
sekolah, yaitu pengecetan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela,
perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah, perbaikan lantai ubin/keramik,
dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.
9.
Pembayaran honorarium
bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer. Untuk sekolah SD
diperbolehkan untuk membayar honor tenaga yang membantu administrasi BOS.
10. Pengembangan
profesi guru seperti pelatihan, KKG/MGMP dan KKKS/MKKS. Khusus untuk sekolah
yang memperoleh hibah/block grant pengembangan KKG/MGMP atau sejenisnya pada
tahun anggaran yang sama tidak diperkenankan menggunakan dana BOS untuk
peruntukan yang sama.
11. Pemberian
bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya
transport dari dan ke sekolah. Jika dinilai lebih ekonomis, dapat juga untuk
membeli alat transportasi sederhana yang akan menjadi barang inventaris sekolah
(misalnya sepeda, perahu penyebrangan, dll).
12. Pembiayaan
pengelolaan BOS seperti alat tulis kantor (ATK), penggandaan, surat-menyurat,
insentif bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya
transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT Pos.
13. Pembelian
komputer dekstop untuk kegiatan belajar siswa, maksimum 1 set untuk SD dan 2
set untuk SMP, pembelian 1 unit printer, serta kelengkapan komputer seperti
hard disk, flash disk, CD/DVD, dan suku cadang komputer/printer.
14. Jika
komponen 1 s.d 13 di atas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih
terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut dapat digunakan untuk membeli
alat peraga, media pembelajaran, mesin ketik, mebeler sekolah, dan peralatan untuk
UKS. Bagi sekolah yang telah menerima DAK, tidak diperkenankan menggunakan dana
BOS untuk peruntukan yang sama.
Penggunaan dana BOS untuk
transportasi dan uang lelah bagi guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka
penyelenggaraan suatu kegiatan sekolah selain kewajiban jam mengajar. Besaran
atau satuan biaya untuk transportasi dan uang lelah guru PNS yang bertugas di
luar jam mengajar tersebut harus mengikuti batas kewajaran. Pemerintah Daerah
wajib mengeluarkan peraturan tentang batas kewajaran tersebut di daerah
masing-masing dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi, faktor geografis
dan faktor lainnya.
D. ResponMasyarakatterhadapkebijakan
Dana BOS
Padaumumnyamasyarakat
Indonesia meresponbaikkebijakan Dana BOS. Hal initerlihatdari survei Bank Dunia tentang School Based
Management (2010) ternyata BOS dapat menurunkan tingkat dropout sampai 81%;
meningkatkan transisi siswa SD ke SMP sampai 90%; mengurangi pungutan di
sekolah sampai 63%; meningkatkan masuknya siswa-siswa miskin ke sekolah sampai
74%; meningkatkan ketersediaan buku di sekolah sampai 94%; meningkatkan
otoritas sekolah sampai 94%; dan meningkatkan prestasi siswa 90%. Survei ini
dilaksanakan ketika BOS baru 80% menutup biaya operasional sekolah. Karena itu
dengan BOS menjadi 100% dari biaya operasional sekolah di tahun 2012, ditambah
Bosda dan partisipasi masyarakat, maka semakin optimis kita bisa
meningkatkan kualitas pendidikan dasar secara nyata.Meskipundalamimplementasinyamasihbanyakpenyelewengan.
E. Penyebab dan Akibat Masalah
Penyebab timbulnya masalah-masalah dalam program BOS yaitu:
1. Pengalokasian dana tidak didasarkan pada kebutuhan sekolah tapi pada ketersediaan anggaran. Hendaknya pengalokasian dana didasarkan pada kebutuhan sekolah, agar tidak terjadi saling tumpang tindih antara kebutuhan dengan anggaran yang disediakan. Adakalanya sekolah yang kebutuhannya sedikit, dan ada sekolah yang kebutuhannya banyak. Jika anggaran semua sekolah sama, di sekolah yang kebutuhannya sedikit akan memancing timbulnya korupsi karena anggaran yang berlebih, sedangkan di sekolah yang kebutuhannya banyak akan tetap mengalami kekurangan karena kebutuhannya tidak terpenuhi.
2. Alokasi dana BOS ‘dipukul rata’ untuk semua sekolah di semua daerah, pada tiap sekolah memiliki kebutuhan dan masalah berbeda.
3. Korupsi dana pada tingkat pusat (Kemendiknas) terutama berkaitan dengan dana safe guarding
4. Dinas pendidikan meminta sodokan atau memaksa sekolah untuk membuat pengadaan barang kepada perusahaan tertentu yang sudah ditunjuk dinas.
5. Kepala sekolah menggunakan dana BOS untuk kepentingan pribadi melalui penggelapan, mark up, atau mark down.
6. Uang yang dikeluarkan oleh orang tua murid cenderung bertembah mahal walaupun sudah ada dana BOS.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jelas terlihat bahwa didalam implementasinya, fungsi pengawasan sangat kurang. Tidak ada partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses implementasi anggaran di semua tingkat penyelenggara, Kemendiknas, dinas pendidikan, maupun sekolah. Pada tingkat pusat, proses penganggaran pun turut dimonopoli oleh Kemendiknas, akibatnya kepentingan Kemendiknas lah yang lebih terpenuhi, bukan mendahulukan yang perlu.
Penyebab yang lain misalnya pada tingkat penyelenggara (Sekolah dan perguruan tinggi), tidak ada aturan mengenai mekanisme penyusunan anggaran, warga dan stakeholder tidak memiliki akses untuk mendapat informasi mengenai anggaran sehingga mereka tidak bisa melakukan pengawasan. Lembaga pengawasan internal seperti Itjen, Bawasda, Bawasko, pun tidak mampu menjalankan fungsi. Serta pada tingkat sekolah, semua kebijakan baik akademis maupun finansial direncanakan dan dikelola kepala sekolah, dan komite sekolah dibajak oleh kepala sekolah sehingga menjadi kepanjangan tangan kepala sekolah.
Kami berpendapat, cara penyelewengan dana BOS yang paling bisa terjadi adalah melalui setoran awal kepada dinas sebelum dana BOS dicairkan atau didalam sekolah itu sendiri berhubung sekolah tidak melakukan kewajiban mengumumkan APBS (Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah) pada papan pengumuman sekolah. Selain itu, penyusunan APBS terutama pengelolaan dana bersumber dari BOS kurang melibatkan partisipasi orang tua murid. Akhirnya, kebocoran dana BOS di tingkat sekolah tidak dapat dihindari. Serta dokumen SPJ (Surat Pertanggungjawaban) dana BOS yang kurang atau bahkan tidak dapat diakses oleh publik apabila ada kebutuhan informasi atau kejanggalan dalam pengelolaan dana BOS.
F. Solusi Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam pengelolaan dana BOS memang sudah banyak disinyalir di beberapa tempat, namun tentunya juga hal ini tidak bisa digeneralisasikan di semua tempat dan kondisi penyalahgunaan wewenang tersebut terjadi, namun jika dilihat dari segi peluang atau kesempatan, banyak sekali peluang yang bisa digunakan oleh oknum untuk bisa melakukan penyelewengan. Oleh karena itu hal yang paling penting adalah meminimalisir kesempatan dan peluang supaya tidak bisa terjadi dan tidak ada kesempatan oknum untuk keluar dari aturan yang sudah berlaku.
Menghapuskan kebijakan pendidikan yang bersubsidi jelas bukan menjadi solusi, karena memang pada intinya pendidikan adalah kebutuhan primer yang harus terpenuhi, dan juga Undang-Undang kita telah mengamanatkan untuk memberikan layanan gratis untuk pendidikan dasar. Oleh karena itu, penghapusan sama sekali kebijakan BOS bukan merupakan solusi bagi kemelut pengelolaan dana BOS.
Namun, setidaknya ada beberapa langkah yang kemungkinan bisa diambil oleh pemerintah untuk menanggulangi permasalahan ini diantaranya :
1.
Peninjauan Kembali Kebijakan
UUD 1945
menyatakan bahwa pendidkan adalah hak bagi semua warga, terlebih pendidikan
dasar untuk wajib belajar Sembilan tahun menjadi hak utama bagi warga Negara
dan Negara wajib mengusahakan pembiayaannya. Ini menjadi amanat besar dan latar
belakang utama kenapa dana BOS hadir dalam proses pendidikan wajib belajar 9
tahun. Namun pada kenyataannya tidak semua sekolah dan tidak semua warga Negara
membutuhkan dan harus diberi subsidi untuk pendidikan dasar ini, hal ini
terbukti dengan beberapa sekolah yang tidak menerima dana BOS, tapi tetap menjual kualitas kepada kustomernya.
Peninjauan
kembali bukan berarti penghapusan program, tapi pembaharuan design program BOS
bisa menjadi solusi. Bisa saja pemerintah mengatur kembali pendanaan untuk
sekolah yang sudah maju secara financial dan juga aturan yang khusus untuk
warga Negara yang sudah tidak layak untuk mendapatkan subsidi.
2.
Dana Berkeadilan
Adil
bukan berarti sama rata, bisa saja besaran antara yang satu dengan yang lainnya
berbeda, tapi secara teknis dan hakikatnya besaran itu bisa mencukupi serta
bisa digunakan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu dana yang
berkeadilan sudah saatnya diberlakukan untuk pengelolaan subsidi pendidikan.
Tidak sepantasnya peserta didik yang orang tuanya mampu secara financial, tapi
masuk dan bersekolah di sekolah yang mendapatkan subsidi dari pemerintah,
sehingga disini dibutuhkan peran serta dari sekolah untuk benar-benar mendata
peserta didik yang layak disubsidi.
Jika
dana berkeadilan ini benar-benar diterapkan dalam system pengelolaan dana
subsidi pendidikan, bisa saja kedepan orang tua akan beranggapan jika dia
tergolong kedalam warga yang layak mendapatkan subsidi maka dia harus
menyekolahkan anaknya pada sekolah bersubsidi, sedangkan untuk warga yang tidak
masuk kedalam kategori layak subsidi menyekolahkan anaknya ke sekolah yang
tidak bersubsidi. Sehingga konsentrasi dana akan benar-benar terarahkan untuk
peningkatan kualitas pendidikan, dan tidak ada kesenjangangn kualitas antara
sekolah yang bersubsidi dengan sekolah yang tidak bersubsidi. Namun tentunya
dana berkeadilan ini dibutuhkan sifat manusia Indonesia yang baik, tidak
mendahulukan ego dalam bertindak dan sadar akan kepentingan umum atau sosial.
3.
Pengawasan yang Efektif dan
Efisien
Pengawasan
merupakan salah satu fungsi manajemen atau administrasi. Pengawasan merupakan
tindakan yang berfungsi untuk memperhatikan kondisi yang terjadi di lapangan
dengan kondisi yang diharapkan dari pembuat kebijakan. Kebijakan subsidi
pendidikan yang tertuang dalam program BOS sudah seharusnya mendapatkan
pengawasan yang baik dari pemerintah, karena ini merupakan program atau
kebijakan pemerintah, sehingga perhatian untuk proses pengawasan pun harus
diperhatikan.
Selama
ini pengawasan yang terjadi pada pengelolaan dana BOS cukup pada tataran
pelaporan saja, sedangkan implementasi kenyataan di lapangan masih kurang,
pihak pengawas, kantor dinas atau pemerintah, merasa cukup dengan laporan yang
ada diatas kertas saja, padahal jika dilihat di lapangan, belum tentu sesuai dengan
apa yang ada dalam laporan, sehingga disini benar-benar dibutuhkan pengawasan
yang efektif dan efisien untuk menanggulangi penyalahgunaan wewenang dalam
penggunaan dana BOS. Pengawasan
melekat dan pengefektifan tenaga pengawasan yang ada bisa jadi menjadi solusi
bagi pengawasan yang efektif.
4.
Pendampingan Dari Ahli Yang
Kompeten
Tidak
sedikit juga sekolah yang melakukan kesalahan dan penyelewengan tidak dengan
sengaja, ada juga faktor
ketidaktahuan, atau
ketidaksengajaan, sehingga oleh oknum-oknum pendidikan diperdaya dan
disalahgunakan. Oleh karena itu, pendampingan dari ahli yang kompeten bisa
menjadi solusi untuk masalah ini. Ahli yang dimaksud bukan hanya professor atau
dosen dari ahli keuangan, tapi minimal orang atau lembaga social yang faham
pengelolaan pendidikan, sehingga pemahaman terhadap pengelolaan pendidikan akan
menajdi dasar yang kuat bagi teknis pelaksanaan pengelolaan dana BOS. Hal ini
dikarenakan di sekolah belum ada tenaga professional yang menangani manajemen
sekolah, tenaga yang ada hanyalah lulusan SMA atau bahakan SMP, sedangkan untuk
mengelola dana sebesar ini dibutuhkan beberapa kompetensi yang utama, disamping
tentunya kompetensi manajerial.
BAB
III
PENUTUP
Mekanisme
pencairan BOS pada awalnya berasal dari pusat, tapi sejak pertengahan 2010 dana
BOS ditransfer ke pemerintah daerah yang akan menjadi sumber APBD. Shingga saat
ini sekolah-sekolah tidak menerima langsung dari rekening pusat, tapi bersumber
pada APBD. Penggunaan dana BOS diperuntukan bagi seluruh biaya operasional ruti
sekolah, sedangkan untuk biaya pembangunan tidak berasal dari BOS.
Penyalahgunaan
pengelolaan dana BOS banyak ditemukan di beberapa daerah, kasus yang paling
sering adalah penggelembungan jumlah siswa, penyalahgunan dana, dan bahkan data
dan pelaporan fiktif sering menghiasi surat kabar tentang penyelewengan dana
BOS. Hal ini bisa juga dipicu oleh system yang berjalan, lemahnya pengaawasan
dan partisipasi public yang kurang, sehingga menyebabkan tujuan dari adanya
subsidi BOS sendiri menjadi kurang dan cenderung berkurang kebermanfaataannya.
Untuk itu diperlukan tindakan preventif dari setiap
lembaga dan elemen dari bangsa ini untuk kemajuan dan pengefektifan pengelolaan
dana BOS. Diantaranya mengkaji kebijakan yang sudah ditetapkan. Solusi lain
yang bisa dicoba adalah pendampingan oleh ahli yang kompeten bisa mempermudah
pengelolaan dan efektifitas penggunaan dana BOS, mahasiswa Administrasi
Pendidikan, serta ahli dalam bidang manajerial pendidikan bisa menjadi
pendamping utama dan ikut membantu dalam mengarahkan, hal ini dikarenakan
kurangnya tenaga profesioanal terkait administrasi dan manajemen sekolah yang
ada di sekolah. Usulan
tersebut di antaranya, pemenuhan delapan standar pendidikan nasional,
kepemimpinan yang amanah, masyarakat berperan dan kritis dalam hal pendidikan,
pemerintah konsisten terhadap peraturan perundang-undangan dan rekrutmen di
dunia pendidikan yang berbasis kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA
Marbun., Mahfud, Moh. Pokok-pokok
Kepemimpinan. Liberty. Yogyakarta. 2006.
Rosidin, Utang. 2010. Otonomi dan Desentralisasi. Pustaka Setia. Bandung.
Harahap, Dorlan. 2011. Asas-asas
dalam Kepemimpinan. Tersedia [online]
di http://dorlan-harahap.blogspot.com/2011/08/asas-asas-dalam-hukum-administrasi-negara.html?m=1. Diakses pada 21 Februari 2012. 08:00.
Kompas. 2011. Keterlambatan Dana BOS. Tersedia [online] di http://edukasi.kompas.com/read/2011/10/12/20590140/Keterlambatan.Dana.BOS. diakses pada 23 Maret 2012. 19:00.
Gilang. 2011. Pendidikan BOS. Tersedia [online] di http://gilangdawous.wordpress.com/2011/05/08/makalah-tentang-pendidikanbos/. Diakses pada 20 Maret 2012. 10.00
semoga bermanfaat :-)
BalasHapus